Kegiatan Speedcubing Setelah Pandemi COVID-19 Berlalu, Apa yang Akan Berbeda?
Ditulis pada: April 15, 2020
Namun, dari sekian banyak dampak COVID-19, dampak sosial lah yang paling terlihat. Tidak terkecuali kegiatan speedcubing atau main rubik yang juga terdampak pandemi ini. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa World Cube Asssociation melarang adanya kompetisi selama Maret hingga Mei 2020 dan respon para cuber pun beragam: ada yang giat berlatih di rumah, mempelajari metode baru, mengadakan kompetisi online, hingga mengadakan pertemuan secara daring untuk sekadar berdiskusi.
Dengan asumsi wabah mereda dan vaksin COVID-19 belum/sudah ditemukan, berikut ini beberapa perubahan kebiasaan yang kemungkinan terjadi seputar kegiatan speedcubing.
Makin banyak kompetisi daring
Tak ada official, online pun jadi
Kompetisi daring/online semakin lumrah dilaksakanan oleh beberapa orang. Tak tanggung-tanggung, pesertanya bisa ratusan dari berbagai belahan dunia. Perubahan ini begitu terasa saat di kebosanan melanda para pecinta rubik selama masa karantina di rumah masing-masing, terutama di tengah ketidakpastian akan adanya kompetisi resmi dalam beberapa bulan ke depan.
Protokol kesehatan sebelum dan selama kompetisi
Selama ini mungkin sangat jarang diberlakukan protokol kesehatan seperti pengecekan suhu tubuh, pemeriksaan riwayat perjalanan, imbauan penggunaan masker maupun sarung tangan, dan/atau kewajiban mencuci tangan pakai sabun. Namun, bukan mustahil ini akan menjadi prosedur jika suatu kompetisi akan dilaksanakan.
Jaminan kesehatan dan keselamatan para peserta akan diprioritaskan, apalagi jika terjadi keadaan darurat saat kompetisi berlangsung, sudah pasti keberadaan tenaga medis dan P3K wajib adanya.
Pembersihan peralatan kompetisi
Yang selama ini luput dari pengawasan panitia kompetisi ialah kebersihan peralatan yang digunakan selama perlombaan berlangsung, mulai dari meja, kursi, timer, stopwatch, cube cover, dan mikrofon.Bahkan, rubik para peserta luput dari pengawasan padahal rentan membawa bakteri ataupun virus akibat kontaminasi banyak orang.
Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari para pembuat kebijakan serta panitia acara, sebab tanpa adanya kepastian akan kebersihan peralatan maka semua orang yang terlibat akan berpotensi tertular penyakit.
Perubahan cara bersosialisasi anggota komunitas
Setelah berbulan-bulan tidak berjumpa, apalagi dengan rutinitas di rumah serba tertutup dan jauh dari keramaian, tentu akan mengubah cara pandang dan perilaku kita terhadap orang lain. Bila dulu kita tidak ragu berjabat tangan, menepuk pundak, atau berbicara dari jarak yang sangat dekat, mungkin semua itu akan berubah setelah pandemi COVID-19 mereda.Menyapa bisa dengan gestur namaste atau anggukan, mengobrol agak diberi jarak, dan mengurangi kontak fisik. Hal tersebut dilakukan bukan karena kita egois atau antisosial, melainkan demi kebaikan bersama untuk sementara waktu.
Usai berperang melawan corona, kita tentu butuh waktu untuk pulih. Dan pada masa pemulihan, sangat wajar apabila kita masih trauma dan menutup diri. Toh akan ada waktunya kita dapat bersalaman tanpa canggung atau tertawa bersama tanpa terhalang jarak dan masker. Harapannya, semoga COVID-19 memberikan dampak positif bagi kita semua.
* * *
Follow akun Instagram @rubikscubeid, Facebook, dan Twitter.