Cara Menyelesaikan Rubik 3x3 Tanpa Rumus Algoritma

Daftar Isi
pria menyelesaikan rubik's cube tanpa rumus?

Sebagai seorang awam, pemula, bahkan orang yang ahli menyelesaikan rubik's cube sekalipun tentu pernah berpikir: mungkinkah seseorang bisa menyelesaikan puzzle warna-warni itu tanpa bantuan rumus atau algoritma?

Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, tulisan ini sengaja saya buat.

Probabilitas keteracakan rubik

Tidak banyak orang yang mengetahui berapa banyak kemungkinan acakan sebuah rubik 3x3. Faktanya, kemungkinan acakan rubik 3x3 adalah sebanyak 43 kuintiliun atau tepatnya 43.252.003.274.489.856.000.

Satu gerakan dihitung berdasarkan putaran 90 derajat dari berbagai sisi.

Tapi tenang, kamu tidak perlu menghafal semua pola atau gerakan untuk bisa menyusun rubik hingga selesai.

Untuk memahami lebih rinci mengapa ada sebanyak itu pola keteracakan rubik? Simak video dari J Perm berikut.

Orang pertama di dunia yang mampu selesaikan Kubus Rubik tanpa algoritma

Siapa orang pertama di dunia yang mampu menyelesaikan susunan rubik 3x3 dalam keadaan teracak? Fakta sejarah itu masih dalam perdebatan, tidak ada satu orang pun yang mengklaim sebagai yang pertama.

Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa orang tersebut mampu menyelesaikannya berdasarkan metode atau langkah-langkah yang ia ciptakan sendiri. Sebab, metode Fridrich atau metode Petrus belum eksis pada saat itu.

Manusia pertama di dunia yang bisa menyelesaikan acakan rubik sampai tuntas adalah orang yang meneliti seluk-beluknya, mencatatnya, kemudian menerapkannya. Cara atau tahapan yang telah diteliti inilah yang di masa depan disebut sebagai metode.

Satu baris atau satu warna bisa diselesaikan tanpa rumus


Saat kamu pertama kali belajar untuk menyelesaikan rubik dan kamu berhasil menyelaraskan satu sisi sendiri, apakah kamu menggunakan algoritma? Saya yakin jawabannya tidak.

Sayangnya, kamu bakal terhenti di satu warna atau satu lapis saja. Kalau pun lapisan kedua terbentuk, kamu bakal makin bingung menentukan langkah berikutnya karena hanya akan menyebabkan rubik kembali teracak.

Pada dasarnya, kamu menyimpan pola-pola tertentu di dalam otak bahwa untuk menyusun satu baris, satu warna, atau satu sisi. Hal itu sendiri sudah bisa disebut sebagai metode, atau katakanlah sebagai rumus sederhana.

Analogi pesepakbola pemula dan cuber pemula

Anak-anak atau orang dewasa ketika pertama kali menendang bola dan diminta untuk mengarahkan tendangan ke sudut tertentu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi:
  1. Bola sama sekali tidak tersentuh kaki.
  2. Bola sedikit tertendang dan bergerak sedikit.
  3. Bola melenceng jauh dari titik yang yang dituju.
  4. Bola hampir mencapai titik yang dituju.
  5. Bola mengenai pas di titik yang dituju; dan
  6. Beberapa kemungkinan lainnya

Apa yang dapat kita simpulkan? Ada banyak kemungkinan seseorang bisa sukses meraih hasil ke-5, salah satunya karena insting atau faktor keberuntungan.

Itu baru perkara menendang bola ke titik yang diminta. Bagaimana kalau ia harus mengoper ke teman-temannya dalam satu tim yang berisi 11 pemain? Bagaimana jika tempat bermainnya di stadion besar berkapasitas puluhan ribu penonton? Bagaimana jika ia harus mengeksekusi tendangan bebas atau tendangan penalti?

Tentu siapa pun tidak bisa cuma mengandalkan insting apalagi keberuntungan.

Begitu pun cubing: manakala cuber baru saja berhasil memecahkan satu sisi, ia mungkin tidak dapat menjelaskan dengan detail cara ia melakukannya. Hanya beberapa proses yang dapat diingat olehnya. Bisa karena insting, bisa pula karena keberuntungan.

Lantas, bisakah seseorang menyelesaikan rubik tanpa rumus?

Jawabannya bisa iya dan bisa tidak:
  • Iya, kalau orang itu mau meneliti sendiri, sedang beruntung, atau rubik (yang sudah diacak) dibongkar kemudian dipasang kembali ke posisi seharusnya.
  • Tidak, kalau orang itu hanya mengandalkan keberuntungan atau ketidaktahuan.
Yusuf Abdul Qohhar
Yusuf Abdul Qohhar Narablog purnawaktu. Praktisi pemasaran digital. Menekuni hobi yang berkaitan dengan puzzle.

Posting Komentar